I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan produk pertanian dalam jumlah dan jenisnya didukung oleh potensi lahan dan keragaman Agroekosistemnya seperti lebak, pasang surut, tadah hujan, irigasi dan lahan kering. Salah satu kabupatennya adalah Kabupaten Banyuasin yang merupakan wilayah penghasil padi terbesar di Sumatera Selatan.
Dari 788.475 ha luas lahan sawah di Sumatera Selatan, 28,37 % berada di Kabupaten Banyuasin. Untuk komoditi unggulan lain seperti karet, dari 64.047 ha perkebunan karet besar 30,65% berada di Kabupaten Bnayuasin dan dari 1.011.124 Ha karet rakyat 8,15% berada di Kabupaten Banyuasin. Demikian juga dengan potensi tanaman lain seperti kelapa 68,92% dan kelapa sawit rakyat 14% dari luasan masing-masing komoditi tersebut di tingkat Provinsi Sumatera Selatan. (Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, 2010)
Kementerian Pertanian menyatakan ada empat target utama yang harus dicapai dalam pembangunan pertanian yaitu (1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) Peningkatan diversifikasi pangan, (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, (4) Peningkatan kesejahteraan petani.
Untuk mewujudkan empat target tersebut, petani di Banyuasin, seperti halnya di wilayah lain membutuhkan suatu wadah yang dapat mengayomi petani dan meningkatkan kualitas serta produktivitas usahataninya. Wadah tersebut adalah kelompok tani. Dalam kelompok, anggota-anggota memiliki kedekatan satu sama lain, dengan tujuan yang sama, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut sehingga kerjasama dapat dijalin dengan erat dan kelompok ini dapat juga memiliki peraturan tegas yang secara sengaja diciptakan anggotanya (Syahyuti, 2003).
Upaya memberdayakan petani miskin akan lebih baik melalui pendekatan kelompok. Keberadaan kelompok di masyarakat perdesaan merupakan salah satu ciri sosial yang unik sehingga pendekatan kelompok dianggap cukup efektif sebagai mediasi pembangunan pertanian (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2010). Kelompok tani ini terdiri dari beberapa petani yang kemudian membentuk satu kelompok dalam menjalankan usaha taninya, mengatasi permasalahan bersama agar tercipta petani-petani yang semakin mandiri. Melalui pendekatan kelompok tani yang sudah dilakukan inilah diharapkan pertanian di daerah Banyuasin akan semakin maju dan berkembang.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan petani dalam memanfaatkan lahan usahanya perlu didukung dengan aksesibilitas mereka ke lembaga permodalan. Pemerintah telah berupaya menyediakan dana untuk penguatan modal gabungan kelompok tani (gapoktan) melalui penyediaan kredit. Fasilitas permodalan tersebut diharapkan dapat menjangkau petani yang semakin banyak melalui perguliran diantara sesama petani (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2009)
1.2 Rumusan masalah
Secara umum perumusan masalah pada karya tulis ini adalah :
1. Bagaimana kelompok tani meningkatkan fungsinya dalam pembangunan pertanian ?
2. Bagaimana potensi kelompok tani dalam pelaksanaan pembangunan pertanian ?
3. Bagaimana peranan pemerintah dalam pemberdayaan kelompok tani ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan kelompok tani dalam meningkatkan fungsinya dalam pembangunan pertanian.
2. Untuk mengetahui potensi kelompok tani dalam pelaksanaan pembangunan pertanian.
3. Untuk mengetahui peranan pemerintah dalam pemberdayaan kelompok tani.
II. MATERI DAN METODE
2.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan ini dilakukan melalui survey ke Gapoktan Mekar Jaya dan kelompok - kelompok taninya di Desa Rejodadi Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pelaksanaan persiapan yang dimulai dengan penyusunan kuesioner sampai dengan penyelesaian karya tulis ini dilakukan mulai Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus 2011.
2.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dan diskusi dengan pengurus gapoktan, kelompok tani, penyuluh pertanian setempat dan aparat desa. Data primer yang dikumpulkan meliputi permasalahan yang dihadapi kelompok tani / gapoktan. Dokumentasi diliput dengan mengambil gambar aktivitas kelompok tani.
Data sekunder seperti potensi dan hasil yang dicapai kelembagaan terkait didapat dari catatan-catatan kelompok tani/ gapoktan, laporan-laporan petugas dan instansi terkait dan juga dengan mengakses ke berbagai situs internet.
2.3. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menghitung nilai-nilai seperti jumlah, rata-rata dan persentase, selanjutnya ditampilkan dalam bentuk tabel. Data dan informasi tersebut dianalisis secara deskriptif yang merupakan penjabaran dari keadaan dan kondisi yang diperoleh dari lapangan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kelompok Tani sebagai Penggerak Pembangunan Pertanian (Potensi dan
Fungsinya)
Desa Rejodadi dapat ditempuh dengan mudah karena terletak di tepi jalan raya, lebih kurang 26 km dari Kota Palembang dan hanya 18 km dari Pangkalan Balai (ibukota kabupaten). Dari 400 ha luas Desa Rejodadi, lebih kurang 115 ha merupakan lahan yang diperuntukkan buat tanaman karet. Luas lahan usahatani karet anggota kelompok tani bervariasi antar anggota yang berkisar 0,5 - 2 ha dengan rata-rata seluas 0,6 ha/anggota.
Tabel 1. Keragaan Anggota Sepuluh Kelompok Tani di Desa Rejodadi Kecamatan
Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan
Uraian | Jumlah Petani (orang) | Persentase | |
Umur | ≤ 35 tahun | 31 | 20,13 |
| 36 - 50 tahun | 54 | 35,06 |
| 51 - 55 tahun | 23 | 14,94 |
| > 55 tahun | 46 | 29,87 |
Pendidikan | Tidak tamat SD | 54 | 35,06 |
| Tamat SD | 54 | 35,06 |
| Tamat SLTP | 31 | 20,13 |
| Tamat SLTA | 15 | 9,74 |
Luas lahan | > 1 ha | 15 | 9,74 |
| > 0,75 - 1 ha | 23 | 14,94 |
| > 0,5 - 0,75 ha | 23 | 14,94 |
| ≤ 0,5 | 93 | 60,38 |
Sumber: Diolah dari hasil wawancara
Bila dilihat dari umur anggota kelompok tani maka sebagian besar mereka berada pada usia produktif (<55 tahun) sebanyak 70,13% (Tabel 1). Dilihat dari tingkat pendidikan petaninya, sebanyak 35,06% tidak tamat SD dan hanya 9,74% tamat SLTA. Menurut Syahyuti (2006) jumlah petani dengan pendidikan SD ke bawah masih menjadi proporsi terbesar. Sebaliknya kenaikan petani dengan pendidikan SLTP, SLTA dan dari perguruan tinggi tidak menunjukkan kenaikan yang nyata, meskipun terjadi perbaikan komposisi tenaga kerja pertanian ke arah yang positif.
Dengan tingkat pendidikan yang rendah ini, maka pendidikan non formal seperti penyuluhan merupakan cara yang tepat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan mereka. Informasi teknologi pertanian terutama mengenai tanaman karet, dapat dengan mudah diakses petani melalui berbagai media penyuluhan karena desa ini letaknya dekat dengan sumber teknologi seperti Sekolah Pertanian Pembangunan Sembawa dan Balai Penelitian Karet Sembawa.
Peranan kelembagaan kelompok tani di perdesaan seperti di daerah Banyuasin sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan dilaksanakan dalam upaya meningkatkan pembangunan pertanian, karena kelompok tani inilah pada dasarnya pelaku utama pembangunan pertanian. Kelembagaan kelompok tani ini sangat efektif dengan fungsinya sebagai sarana untuk kegiatan belajar, bekerja sama, dan pemupukan modal kelompok dalam mengembangkan usahatani (www.situshijau.com, 2011)
Kelompok tani dibentuk dengan tujuan mendidik dan memelihara suatu kesadaran hidup bergotong-royong, setiakawan sesama anggota, dan membantu usaha anggota sehingga mampu meningkatkan pendapatan anggota. Pemilihan pengurus tiap kelompok tani dan anggotanya dilakukan secara musyawarah sehingga diperoleh kesepakatan kelompok, dukungan masyarakat dan instansi terkait. Kelompok tani memiliki suatu kepengurusan yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara. Berdirinya kelompok tani di Desa Rejodadi ini memiliki tujuan yaitu,
1. Sebagai wadah bagi para remaja dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan.
2. Sebagai pemerkokoh dan pemererat hubungan antar pemuda
3. Menjadi kelompok tani yang mandiri, profesional dan kredibel sehingga bisa menjadi contoh bagi kelompok lain
4. Meningkatkan kesejahteraan kelompok.
5. Memberantas kemiskinan dan kerusakan moral.
6. Memberi alternatif solusi bagi para remaja untuk membuka usaha
Pertemuan anggota kelompok tani rutin dilakukan berkisar 1-2 kali dalam satu bulan (Gambar 1). Kegiatan yang biasa dilakukan kelompok tani dapat membangun jiwa petani untuk meningkatkan mobilitas kerja mereka, sehingga kegiatan pertanian dapat berlangsung lancar dan memaksimalkan hasil pertanian yang berdampak pada pembangunan pertanian.
Tabel 2. Keragaan Kelompok Tani Di Desa Rejodadi Kecamatan Sembawa,
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
No | Kelompok | Tanggal Berdiri | Jumlah Anggota | Komoditi | |
Utama | Penunjang | ||||
1. | Merak | 10 November 2000 | 20 orang | Karet | |
2. | Bangau | 10 November 2000 | 20 orang | Karet | kambing |
3. | Puyuh | 24 Agustus 2001 | 12 orang | Karet | |
4. | Muray Batu | 25 Januari 2001 | 14 orang | Karet | |
5. | Gereja | 28 Juni 2001 | 15 orang | Karet | |
6. | Belibis | 25 Juni 2001 | 15 orang | Karet | kambing |
7. | Kerocok | 24 Agustus 2001 | 12 orang | Karet | |
8. | Sinar Tani | 20 Oktober 2003 | 15 orang | Karet | |
9. | Mekar Sari | 15 Agustus 2006 | 15 orang | Karet | sapi |
10. | Sari Puspa | 20 September 2006 | 16 orang | Karet | |
Sumber: Diolah dari hasil wawancara
Anggota kelompok tani di Desa Rejodadi berjumlah 154 orang. Selain mengusahakan tanaman karet sebagai komoditi dominan di desa ini, maka anggota kelompok tani juga mulai membudidayakan lele, beternak sapi dan kambing. Kelompok inipun rutin dalam kegiatan gotong royong untuk menumbuhkan kerjasama dalam kelompok. Selain itu, juga rutin dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian.


Gambar 1. Musyawarah kelompok tani
3.2. Pengembangan Usaha Kelompok Tani Berbasis Sumberdaya Lokal
Petani di Desa Rejodadi telah membentuk kelompok sejak tahun 1997, pada awalnya kelompok tersebut di beri nama KUB (Kelompok Usaha Bersama). Pada tahun 2000 para anggota KUB mengubah KUB menjadi kelompok tani. Hingga tahun 2006 terbentuk sepuluh kelompok tani tersebut. Dengan semakin berkembangnya teknologi, dinamisnya perubahan yang terjadi dalam bidang pertanian, namun sayangnya tenaga penyuluh lapangan bidang pertanian ketersediaannya terbatas, maka dibentuklah Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Jaya pada tahun 2003, dengan jumlah 123 orang anggota dari 8 kelompok tani yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2003 tersebut.
Gapoktan ini dibentuk selain untuk mengefektifkan dan mengefisienkan tugas penyuluh yang jumlahnya terbatas itu, juga untuk mengembangkan kemampuan kelompok tani. Adapun kepengurusan Gapoktan Mekar Jaya saat ini yaitu ketua: Mugiono, Sekretaris: Sukamto dan Bendahara: Tumadi. Kepengurusan ini juga dilengkapi dengan seksi-seksi usaha. Gapoktan yang sudah dilengkapi dengan seksi-seksi merupakan gambaran gapoktan yang dilengkapi dengan aspek kesejahteraan petaninya (Wahyuni, 2010). Saat ini jumlah kelompok berkembang menjadi 10 kelompok dengan 154 orang anggota dari 8 kelompok dengan 123 anggota pada awal pembentukan tahun 2003.
Gapoktan ini pernah bermitra dengan pabrik pengolahan karet, namun saat ini tidak lagi, karena mereka tidak menghadapi kendala dalam pemasaran bahan olah karetnya terutama sesudah bermitra dengan pedagang pengumpul karet (Tabel 3). Selain memiliki lembaga keuangan, gapoktan inipun membudidayakan ikan lele dan membuat pelet.
Tabel 3. Perkembangan Gapoktan Mekar Jaya Di Desa Rejodadi Kecamatan
Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
No | Uraian | Awal dibentuk (2003) | Saat ini (2011) |
1. | Jumlah kelompok tani | 8 kelompok | 10 kelompok |
2. | Jumlah anggota kelompok | 123 orang | 154 oraang |
3. | Kelengkapan Struktur | Ketua, sekretaris, bendahara | Ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, Seksi: pemasaran, saprodi, produksi, humas |
4. | Lingkup usaha | - | Lembaga keuangan, budidaya ikan lele, pembuatan pelet |
5. | Mitra usaha | - | Pedagang pengumpul karet |
Sumber: Diolah dari hasil wawancara
Berbasis sumber daya lokal di Desa Rejodadi, anggota kelompok tani membuat usaha pembibitan karet. Kelompok Tani Belibis merupakan kelompok yang memiliki potensi terbesar dalam usaha pembibitan ini. Sedangkan Kelompok Tani Gereja potensinya lebih rendah dibanding kelompok lainnya (Tabel 4).
Tabel 4. Luas Lahan Pembibitan karet anggota Gapoktan Mekar Jaya Di Desa
Rejodadi Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan
No | Kelompok Tani | Luas Lahan pembibitan karet anggota | |
Kisaran (m 2) | Rataan (m 2) | ||
1. | Merak | 300 - 5.000 | 1.200 |
2. | Bangau | 1.200 - 5.000 | 2.500 |
3. | Puyuh | 500 - 4.700 | 2.200 |
4. | Muray Batu | 500 - 2.500 | 1.360 |
5. | Gereja | 400- 2.000 | 1.100 |
6. | Belibis | 1.200 - 5.000 | 3.700 |
7. | Kerocok | 450- 2.250 | 1.140 |
8. | Sinar Tani | 300 - 4.500 | 1.880 |
9. | Mekar Sari | 450- 5.000 | 2.300 |
10. | Sari Puspa | 350- 4.100 | 1.400 |
Sumber: Diolah dari hasil wawancara
Pembangunan pertanian berbasis sumberdaya lokal inilah yang diperlukan saat ini. Kelompok tani merupakan solusi alternatif bagi para petani untuk lebih mandiri dalam membantu meningkatkan pertanian di daerah. Melalui kelompok tani, masyarakat di Desa Rejodadi mengembangkan usahatani mereka.


Gambar 2. Pembibitan karet
Pengembangan usaha pembibitan karet ini mengalami kendala terkait dengan terbatasnya permintaan. Biasanya permintaan bibit tanaman karet akan melambung berkisar 150.000 - 200.000 buah pada bulan November sampai dengan Maret yaitu pada musim hujan. Waktu musim hujan inilah biasanya petani mulai menanam karet. Namun ketika tiba musim kemarau, maka permintaan akan bibit karetpun merosot tajam.
Dengan luas pengusahaan tanaman karet anggota kelompok tani yang rata-rata hanya 0,6 ha, maka untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, petani juga menjadi buruh sadap di perusahaan perkebunan karet swasta dengan upah sebesar Rp 42.000/hari kerja. Gapoktan juga mengupayakan usaha budidaya ikan lele untuk meningkatkan pendapatan petani. Untuk memperluas usaha budidaya karet dengan membuka pertanaman baru di luar desa dan membuka usaha pembibitan karet, petani memerlukan modal yang tidak kecil. Gapoktan Mekar Jaya sudah membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) untuk membantu kebutuhan modal anggotanya. Modal yang diberikan ini bersumber dari iuran para anggota kelompok tani itu sendiri berupa simpanan pokok, wajib, dan simpanan sukarela.
Manfaat yang diperoleh dari dibentuknya LKM ini adalah dapat merangsang tumbuhnya jiwa kewirausahaan di perdesaan khususnya di Desa Rejodadi, membuka peluang usaha dalam kelompok tani, dan membangun kebiasaan menabung secara disiplin dalam rangka menumbuhkan modal melalui simpanan-simpanan yang dibayarkan secara rutin satu bulan sekali. Namun, dalam pembentukan LKM ditemukan beberapa kendala, seperti sebagian anggota yang telah memperoleh pinjaman dari LKM terkadang tidak mematuhi aturan untuk mencicil pinjaman tersebut. Hal ini tentu dapat menghambat modal bagi anggota lain.
3.3. Peran Pemerintah dalam pemberdayaan kelompok tani
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa tahun 2009 jumlah penduduk miskin tecatat 32,53 juta jiwa (BPS, Jakarta, 2010). Dari jumlah tersebut sekitar 20,65 juta jiwa berada di perdesaan dengan mata pencarian utama di sektor pertanian.
Pada umumnya petani di perdesaan berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin (Kementerian Pertanian, 2010).
Kementrian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah Koordinasi Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat.
Untuk koordinasi pelaksanaan PUAP di Kementrian Pertanian, Menteri Pertanian membentuk tim PUAP pusat untuk mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP Nasional. PUAP merupakan bentuk fasilitas bantuan modal usaha utuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh gapoktan
Dari Rp 100.000.000 dana BLM PUAP yang diterima pada tahun 2008 oleh Gapoktan Mekar Jaya berkembang menjadi Rp 105.400.000 tahun 2009 (meningkat 5,4% dari tahun 2008) dan menjadi Rp 108.177.000 pada tahun 2010 (meningkat 2,63% dari tahun 2009) (Tabel 5).
Tabel 5. Perkembangan dana kelola Gapoktan Mekar Jaya Di Desa Rejodadi
Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
No | Usaha | 2008 | 2009 | 2010 |
1. | Perkebunan | 60.000.000 | 63.060.000 | 64.820.000 |
2. | Industri rumah tangga pertanian | 10.000.000 | 10.660.000 | 10.978.000 |
3. | Pemasaran hasil | 20.000.000 | 21.320.000 | 21.920.000 |
4. | Usaha lain berbasis pertanian | 10.000.000 | 10.360.000 | 10.459.000 |
| Jumlah | 100.000.000 | 105.400.000 | 108.177.000 |
Sumber: Perkembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) tahun 2008 (2010).
Peningkatan yang terjadi pada tahun 2009 lebih tinggi dibanding tahun 2010. Hal ini dapat disebabkan dalam tahap seleksi penerima dana BLM ini pada tahun awal (2008) tentulah si penerimanya lebih terseleksi dari kemampuan pengembalian dan keseriusan berusaha dibanding anggota lain, sedangkan pada tahun berikutnya penyaluran dana BLM tersebut digulirkan kepada anggota masyarakat lain yang juga membutuhkan namun boleh jadi dari segi kemampuan pengembalian dan keseriusan berusaha belum seperti penerima pertama. Sebagai pemerataan maka dana BLM PUAP ini harus digulirkan kepada anggota-anggota lain baik dalam kelompok maupun di luar kelompok.
Pada tahun awal (2008), dari Rp 100.000.000 dana BLM PUAP yang diterima oleh Gapoktan Mekar Jaya dialokasikan untuk 55 orang atau rata-rata Rp 1.818.180 /orang, sedangkan pada tahun 2009 dengan perkembangan dana menjadi Rp 105.400.000 dialokasikan untuk 80 orang atau jika dirata-ratakan maka tiap orang mendapat Rp 1.317.500. Selanjutnya pada tahun 2010 dari perkembangan dana PUAP yang sudah menjadi Rp 108.177.000 dialokasikan untuk 102 orang atau rata-rata tiap orang mendapat Rp 1.060.560. Penurunan nilai rata-rata yang diperoleh secara perorangan ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan jumlah jangkauan orang yang menerima dana BLM PUAP ini dibanding tahun awalnya. Ini menunjukkan bahwa aspek perguliran dan pemerataan dalam alokasi dana BLM tersebut sungguh-sungguh diperhatikan. Melalui penerapan sistem demokrasi pada tingkat gapoktan yaitu keputusan rapat anggota yang merupakan forum tertinggi gapoktan, di harapkan dana stimulasi bantuan modal usaha untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan dapat tercapai.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Kelompok Tani di Desa Rejodadi sudah menunjukkan perannya dan meningkatkan fungsinya yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah anggota gapoktan, peningkatan akumulasi dana BLM PUAP dan berkembangnya usaha pertanian berbasis sumberdaya lokal.
2. Potensi yang ada pada kelompok tani sudah dimanfaatkan dan untuk meningkatkan kapasitas anggotanya maka peran penyuluhan pertanian menjadi sangat penting, karena pendidikan petani yang relatif rendah.
3. Kemampuan petani meningkat dengan semakin dikembangkannya kelembagaan kelompok tani ke dalam gapoktan yang didukung dengan adanya BLM PUAP yang disediakan pemerintah.
4.2. Saran
1. Upaya untuk meningkatkan pembangunan pertanian bagi masyarakat perdesaan khususnya di daerah Banyuasin sangat perlu dilakukan. Untuk itu diharapkan para petani mengembangakan kelompok tani sehingga pertanian di perdesaan dapat berkembang optimal.
2. Pemerintah dapat meningkatkan perannya melalui penyediaan permodalan khususnya di daerah miskin. Pemilihan lokasi hendaknya benar-benar diseleksi agar BLM itu tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. HTML dari (www.situshijau.co.id) 15 Juli 2011
Anonim. 2011. HTML dari (www.stppmgl-jurluhnak.ac.id) 15 Juli 2011
Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, 2010. Sumatera Selatan Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, Palembang.
Badan Pusat Statistik Jakarta, 2010. Statistik Indonesia 2009. Badan Pusat Statistik Jakarta.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2009. Petunjuk teknis Pembentukan dan Pengembangan LKM-A. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2010. Menggerakkan Petani Melalui Dinamika Kelompok, Penguatan Modal, Serta Penerapan dan Pendampingan Teknologi. Dibalik Kisah Sukses PUAP. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Kementerian Pertanian. 2010. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Kementerian Pertanian, Jakarta.
Program Nasional PNPM Mandiri Kementerian Pertanian. 2010. Perkembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) tahun 2008. Program Nasional PNPM Mandiri Kementerian Pertanian (2010) Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. (laporan hal.12)
Syahyuti, 2003. Bedah Konsep Kelembagaan. Strategi Pengembangan dan Penerapannya dalam Penelitian Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Perdesaan dan Pertanian. PT. Bina Reka Pariwara, Jakarta.
Wahyuni, S. 2010. Integritas Kelembagaan Petani Gapoktan dan P3A. Iptek Tanaman Pangan Vol 5 No. 1 Juli 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Mei Dey Tiara
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Palembang, 28 Mei 1995
Alamat : Komplek Griya Anugrah Betung, Banyuasin,
Sumatera Selatan
Telepon : +6285718581043
Status : Pelajar
Institusi (Bila ada) : SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III.
Nama Orang Tua : Saperan, S.Sos, M.Si
Alamat Orang Tua : Komplek Griya Anugrah Betung, Banyuasin,
Sumatera Selatan
Telepon Orang Tua : +6281373010526
Nama Guru Pendamping : Usman, S.Si
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Bella Septiani
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Betung, 20 September 1995
Alamat : Betung RT04/01 No.09 kel.Rimba Asam
Banyuasin, Sumtera Selatan.
Telepon : +6287897240323
Status : Pelajar
Institusi (Bila ada) : SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III
Nama Orang Tua : Burhanuddin
Alamat Orang Tua : Betung RT04/01 No.09 kel.Rimba Asam
Banyuasin, Sumtera Selatan.
Telepon Orang Tua : +6281377736080
Nama Guru Pendamping : Usman, S.Si
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Jeni Fidi Astuti
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Rejodadi, 18 Juni 1995
Alamat : Ds. I, Desa Rejodadi, Banyuasin, Sumatera
Selatan
Telepon :+6285366741647
Status : Pelajar
Institusi (Bila ada) : SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III
Nama Orang Tua : Mugiono
Alamat Orang Tua : Ds. I, Desa Rejodadi, Banyuasin, Sumatera
Selatan
Telepon Orang Tua : +6281368973919
Nama Guru Pendamping : Usman, S.Si
Tidak ada komentar:
Posting Komentar